Presiden Soekarno
Masa Bakti 1945 — 1966

Presiden
pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di
Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya
bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa
hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri
Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh.
Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari
Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..
Masa
kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar.
Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar
Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian
melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu,
Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920,
pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah
Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada
25 Mei 1926.
Kemudian,
beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional
lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya,
Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929.
Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia
Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih
maju itu.
Pembelaannya
itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan.
Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus
memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende,
Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah
melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI
tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17
Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang
pertama.
Sebelumnya,
beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar
(ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan
nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika,
dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian
berkembang menjadi Gerakan Non Blok.
Pemberontakan
G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas
pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat
Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia
meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan
di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah
menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi”.
Janji
Kemerdekaan dari Jepang
Pidato
Sukarno Tentang Janji Diberikannya Kemerdekaan oleh Penjajah Jepang.Sukarno
Speech about the occupation of Japanese Military Regimes who asked Indonesian
people to collaborate with Japan to fight against the allied powers in the 2nd
World War by promosing Indonesian Republic's Independence. Di penghujung 1944,
Jepang melakukan upaya untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan memberikan
janji bahwa bangsa Indonesia akan diberi kemerdekaan. Hal ini dilakukan untuk
menarik simpati rakyat Indonesia dan pada giliran nya diperbantukan untuk
membantu Jepang dalam peperangan melawan Sekutu. Janji kemerdekaan Indonesia
diumumkan pada September 1944 di depan parlemen Jepang oleh Perdana Menteri
Jepang, Koiso.
Kutipan
Pidato 17 Agustus Bung Karno tahun
1945-1966.
Pidato Soekarno:
Lahirnya Pancasila (1 Juni 1945)
Di depan anggota Dokuritu Zyunbi Tyoosakai Soekarno mengeluarkan pendapat-pendapatnya. Menurut Soekarno Indonesia Merdekaharus memiliki Philosofische grondslag, sebagai pundamen, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. 5 Prinsip dikemukakn oleh Soekarno yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme, - atau peri-kemanusiaan;
3. Mufakat, - atau demukrasi;
4. Kesejahteraan sosial;
5. Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Dari Sabang sampai Merauke ( 1950 )
Janganlah mengira kita semua sudah cukup
berjasa dengan tutunnya sitiga warna. Selama masih ada ratap tangis di
gubuk-gubuk, belumlah pekerjaan kita selesai! Berjuanglah terus dengan
mengucurkan sebanyak-banyaknya keringat.
Capailah Tata
Tenteram Kerta Raharja ( 1951 )
Adakanlah ko-ordinasi, adakanlah
simponi yang seharmonis-harmonisnya antara kepentingan Beograd dan kepentinga
umum, dan janganlah kepentingan Beograd itu dimenangkan di atas kepentingan
umum.
Harapan
dan Keyataan ( 1952 )
Kembali
kepada jiwa Proklamasi, kembali kepada sari-intinya yang sejati, yaitu pertama
jiwa Merdeka Nasional, kedua jiwa ichlas, ketiga jiwa persatuan, keempat jiwa
pembangunan.
Jadilah Alat Sejarah ( 1953 )
Bakat
persatuan, bakat “Gotong Royong” yang memang telah berurat berakar dalam jiwa
Indonesia, ketambahan lagi daya penyatu yang datang dari azas Pancasila.
Berirama dengan
Kodrat ( 1954 )
Dengan
“Bhinneka Tunggal Ika” dan Pancasila, kita prinsipil dan dengan perbuatan,
berjuang terus melawan kolonialisme dan imperialisme di mana saja.
Tetap terbanglah
Rajawali ( 1955 )
Sepuluh
tahun telah kita Merdeka, tetapi masih ada saja orang-orang yang dihinggapi
minderwaardigheids complexen terhadap orang asing, masih ada saja orang-orang
yang lebih mengetahui dan mencintai kultur Eropa dari pada kultur Beograd.
Sehatkanlah kehidupan politik kita dengan jalan Pemilihan Umum itu. Engkau
bisa, hei Rakyat, sebab engkaulah yang menjadi hakim-bukan aku, bukan Bung
Hatta, bukan Angkatan Perang, bukan Kabinet.
Berilah isi kepada hidupmu ( 1956
)
Dalam
pidatoku: “Berilah isi kepada kehidupanmu” kutegaskan: “Sekali kita berani
bertindak revolisioner, tetap kita harus berani bertindak revolusioner, jangan
ragu-ragu, jangan mandek setengah jalan, “kita adalah “fighting nation” yang
tidak mengenal “yourney’s-end”.
Djangan Ragu-ragu Lagi!: Amanat-amanat Presiden Soekarno, Dr. Moh. Hatta dan Pidato pembukaan Soediro pada Rapat Rakjat diselenggarakan oleh Panitya Aksi Pembebasan Irian Barat Daerah Kotapradja Djakarta Raya tanggal 18 Nopember 1957 di Lapangan Banteng
Menurut Soekarno klaim kewilayahan Republik Indonesia atas Irian Barat pda Kolonial Belanda memiliki 4 dasar. Pertama, alasan legal berdasar hukum, perundingan dan perjanjian yang lalu. Kedua, alasan ekonomi. Ketiga, alasan keamanan. Keempat, alasan prinisp-prinisp keadilan.
Tahun Tantangan
( 1958 )
Dalam
pidatoku, “Tahun Tantangan” kusimpulkan, “Rakyat 1958 sekarang sudah lebih
sadar, tidak lagi tak terang siapa kawan, siapa lawan, tidak lagi tak terang
siapa yang setia dan siapa penghianat, siapa pemimpin sejati dan siapa pemimpin
anteknya asing. Siapa pemimpin pengabdi Rakyat dan siapa pemimpin gadungan.
Dalam masa tantangan-tantangan seperti sekarang ini, lebih dari pada masa-masa
yang lampau kita harus menggembleng kembali Persatuan. Persatuan adalah
tuntutan sejarah”.
Penemuan kembali
revolusi kita ( 1959 )
Dalam
pidatoku, “Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang kemudian diperkuat oleh seluruh
nasion dan disahkan sebagai Manifesto Politik Republik Indonesia kurumuskanlah
“tiga segi” kerangka Revolusi kita dan 5 (lima) persoalan-persoalan pokok
Revolusi Indonesia yaitu: Dasar/tujuan dan kewajiban-kewajiban Revolusi
Indonesia, kekuatan social Revolusi, dan musuh-musuh Revolusi Indonesia.
Lenyapkan Sterilitiet Dalam Gerakan Mahasiswa: Pidato tertulis PYM Presiden Soekarno pada Konferensi Besar GMNI di Kaliurang Jogjakarta 17 Mei 1959
Soekarno menyatakan bahwa kaum Marhaen terdiri dari 3 unsur; kaum proletar Indonesia (buruh); kaum tani melarat Indonesia; dan kaum melarat Indonesia yang lain-lain. Kaum Marhaenis dimaksudkan sebagai setiap pejuang dan setiap patriot bangsa.
Soekarno di depan Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengemukakan konsep Pancasila yang merupakan intisari dari peradaban Indonesia. Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, kedua Nasionalisme, ketiga Internasionalisme, ke-empat Demokrasi dan kelima Keadilan Sosial. Soekarno menawarkan pada sidang konsep itu untuk memperkuat piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan merujuk keberhasilannya menggalang Konferensi Asia-Afrika
Laksana malaikat
yang menyerbu dari langit, Jalannya revolusi kita, ( Jarek ) ( 1960 )
Dalam
pidatoku. “Laksana Malaikat yang menyerbu dari langit”. Jalanya Revolusi kita
kutandaskan perlunya dilaksanakan “Landreform”, perlunya dikonsolidasikan
segenap kekuatan untuk menghadapi imperialis-kolonialis.
Membangun Dunia Kembali (To Build The World a New):: Pidato Presiden Republik Indonesia di muka Sidang Umum P B.B. ke-XV tanggal 30 September 1960
Soekarno di depan Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengemukakan konsep Pancasila yang merupakan intisari dari peradaban Indonesia. Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, kedua Nasionalisme, ketiga Internasionalisme, ke-empat Demokrasi dan kelima Keadilan Sosial. Soekarno menawarkan pada sidang konsep itu untuk memperkuat piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan merujuk keberhasilannya menggalang Konferensi Asia-Afrika.
Resopim ( 1961 )
Dalam
pidatoku Resopim kutegaskan perlunya meresapkan adilnya Amanat Penderitaan
Rakyat, agar meresapkan pula tanggung-jawab terhadapnya serta mustahilnya
perjuangan besar kita berhasil tanpa Tri Tunggal Revolusi, Ideologi Nasional
progressive dan pemimpinan Nasional
Tahun
Kemenangan ( Takem ) ( 1962 )
Dalam
pidatoku, Tahun Kemenangan “ kulancarkan gagasan: “maju atas dasar kemajuan dan
mekar atas dasar kemekaran” “selfpropelling growth”.
Membebaskan
Irian Barat dengan segala jalan: Pidato Presiden Sukarno pada Akademi
Pembangunan Nasional di Yogyakarta, 18 Maret 1962.
Soekarno di hadapan akademisi dan mahasiswa Akademi Pembangunan Nasional, Yogyakarta menyatakan bahwa pembangunan nasional adalah "nation building", membangun satu bangsa d idalam segala facetnya. Orang yang tidak berkarakter tidak bisa hidup dalam suasana Pancasila. Presiden menyatakan pula bahwa sosialisme Indonesia adalah sosialisme Pancasila. yang merupakan suatu pengangkatan yang lebih tinggi dari segala ajaran sosialisme, komunisme, Marxisme dan lain-lain. Presiden mengingatkan pula bahwa Trikora masih berjalan, meskipun perundingan damai dengan Belanda melalui pihak ketiga tengah diupayakan.
Seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke bertekad membebaskan Irian Barat dalam tahun ini juga: Pidato Presiden Soekarno di Palembang, 10 April 1962
Soekarno dalam pidato dimulainya pekerjaan pembangunan jembatan Musi yang direncanakan dibuka pda 10 April 1964, setelah tertunda 2 tahun sejak tahun 1960, mengemukakan bahwa penundaan itu terkait dengan revolusi Indonesia yang bersifat serentak, bersama-sama dan bermacam-macam. Revolusi Indonesia itu adalah revolusi pancamuka. Panca artinya lima, muka artinya muka. Muka lima ialah pertama, revolusi nasional untuk mendirikan negara nasional. Kedua, revolusi politik untuk merombak cara pemerintahan yang kolot, kuno, feodal, aristokratis, otokratis, diktator dan lain-lain dengan pemerintahan demokratis yang sejati. Ketiga, revolusi ekonomi untuk merubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional. Keempat, revolusi sosial untuk merobah satu masyarakat kapitalis menjadi masyarakat adil dan samarasa-samarata. Kelima, revolusi kebudayaan untuk merubah kebudayaan kolot, feodal, kolonial menjadi kebudayaan Indonesia baru.
Only a Nation with Self-reliance Can Become a Great Nation: Speech by H.E. President Soekarno at Comemmoration of Nataional Reawakening Day, 20 May 1962, at Negara Palace, Djakarta
Kemerdekaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke, menurut Soekarno adalah kebulatan yang tidak bisa ditawar oleh kekuatan asing manapun. untuk itu ia menggalang kemandirian dan kesatuan bangsa yang lebih kuat dengan manifesto politik USDEK dan NASAKOM.
Kita tidak mau berunding lagi dengan Belanda, kalau Belanda terus mengirimkan bala bantuan ke Irian Barat: Pidato Presiden Sukarno: Amanat pada rapat raksasa di Medan pada hari Kamis, 26 April 1962
Dalam pidatonya Soekarno merasa kecewa atas penyelesaian dama Irian Barat melalui pihak ketiga, PBB. Selain penyelesaian Irian Barat dipandang terlalu berlarut-larut, kekesalannya bertambah melihat Belanda mencuri kesempatan itu untuk mengirim pasukan marinir, berikut sejumlah kapal perusak, kapal induk Karel Doorman dengan t jet tempurnya. Meskipun Indonesia prinsipnya menerima penyelesaian damai namun ia tetap menggelorakan semangat Trikora di depan hadirin rapat raksasa di Medan, Kamis, 26 April 1962.
Dutch Public Acceptance Conditio Sine Quanon for Resumption of Negotiations
Dalam persoalan integrasi Irian Barat dalam wilayah kesatuan Republik Indonesia, Soekarno tidak ingin berneghoisasi lagi dengan Belanda, jika Belanda terus mengirimkan angkatan bersenjatanya. JIka harus dihadapi dengan kekuatan bersenjata Indonesia siap. Meskipun demikian ia tetap menerima usulan perundingan damai dengan mediator beberapa negara sahabat, diungkapkan Soekarno pada waktu pelantikan dutabesar RI untuk negara Polandia, Ghana dan Austria.
Genta Suara Republik Indonesia ( Gesuri ) ( 1963 )
Kita mau menjadi satu Bangsa yang bebas Merdeka, berdaulat penuh, bermasyarakat adil makmur, satu Bangsa Besar yang Hanyakrawati, gemah ripah loh jinawi, tata tentram kertaraharja, otot kawat balung wesi, ora tedas tapak palune pande, ora tedas gurindo. Kita bangsa Indonesia, kita pemimpin-pemimpin Indonesia, tidak boleh berhenti, tidak boleh duduk diam tersenyum simpl di atas damparnya kemasyhuran dan damparnya jasa-jasa dimasa lampau. Kita tidak boleh “teren op oud roem”, tidak boleh hidup dari kemasyhuran yang lewat, oleh karena jika kita “teren op oud roem” kita nanti akan menjadi satu Bangsa yang “ngglenggem” satu bangsa yang gila kemuktian, satu bangsa yang berkarat. Terserahlah sejarah nanti menonjolkan atau tidak jasa-jasa atau kemasyhuran-kemasyhuran itu.
Baperki Supaya Menjadi Sumbangan Besar Terhadap Revolusi Indonesia: Pidato Bung Karno pada pembukaan Kongres Nasional ke-8 BAPERKI di Istana Olahraga Gelora "Bung Karno" pada 14 Maret 1963.
Baperki dalam kongres yang ke-VIII, mengundang Soekarno. Presiden mengmukakan bahwa Baperki adalah suatu perkumpulan yang baik karena berazas Pancasila, membantu terlaksananya Amanat Penderitaan Rakyat dan mendukung Manipol-Usdek.
Vivere Pericoloso ( Tavip ) ( 1964 )
“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan ini lah harus menjadi pula gitamu: Innallaha la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim” “Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa, sebelum bangsa itu merobah nasibnya. Berjuanglah, berusahalah, membanting tulang, memeras keringat, mengulur-ngulurkan tenaga, aktif, dinamis, meraung, menggeledek, mengguntur, dan selalu sungguh-sungguh, tanpa kemunafikan, ichlas berkorban untuk cita-cita yang tinggi. Karena itu hai Bangsa Indonesia, janganlah kita mencari kepeloporan mental pada orang lain. Carilah kepeloporan mental itu pada diri Beograd. Carilah Beograd konsepsi-konsepsimu Beograd. Freedom to be free ! Freedom to be free !”.
Capailah Bintang - bintang di langit ( 1965 )
“Asal kita setia kepada hukum sejarah dan asal kita berdsatu dan memiliki tekad baja, kita bisa memindahkan gunung Semeru atau gunung Kinibalu sekalipun”.
Amanat P.J..M. Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/ Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno Jang Diutjapkan Melalui RRI Pada Tgl. 3 Oktober 1965 Djam 01.30
Soekarno di tengah berkecamuknya situasi politik waktu itu menyatakan bahwa dirinya tetap memegang tampuk pimpinan Negara dan tampuk pimpinan Pemerintahan dan Revolusi Indonesia. Pada tanggal 2 Oktober 1965, ia telah memanggil semua Panglima angkatan bersenjata bersama wakil Perdana Menteri kedua Dr. Leimena dan para pejabat penting lainnya dengan maksud untuk segera menyelesaikan persoalan yang disebut peristiwa 30 September.
Jangan Sekali-kali
meninggalkan Sejarah ( 1966 ).
“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.”. “Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong”
11 MARET 1966
Presiden Soekarno memberikan perintah (Supersemar) kepada menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral Soeharto untuk:
Presiden Soekarno memberikan perintah (Supersemar) kepada menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral Soeharto untuk:
Mengambil segera tindakan
yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta
kestabilan jalannya pemerintahan dan kewibawaan pimpinan, Presiden
/Panglima Tertinggi /Pimpinan Besar Revolusi /Mandataris MPR, untuk
keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia dan melaksanakan dengan pasti
segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.
Mengadakan koordinasi
pelaksanaan pemerintah dengan Panglima Angkatan lainnya dengan
sebaik-baiknya.
Supaya melaporkan segala
sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawab seperti
tersebut di atas.
7 MARET 1967
Kekuasaan Pemerintahan Bung Karno dipreteli oleh Tap. MPRS No. XXXIII /
MPRS / 1967, secara hukum TAP tersebut mempunyat kelemahan yang serius, karena
seseorang yang belum atau ttdak terbukti kesalahannya tetapi hak-haknya dicabut
dan tidak dikembalikan.
Ironis, seorang Bapak yang menghabiskan waktunya dan mempertaruhkan seluruh
hidupnya bagi kemerdekaan bangsanya, harus mengakhiri hidupnya di Tahanan
Negara oleh bangsanya sendiri.
21 JUNI 1970
Han Minggu Pahing pukul 19.00 Bung Karno menghembuskan nafasnya yang terakhir
di RS Gatot Subroto, setelah sekian lama mendenita sakit dan dikarantina di
Wisma Yaso.
“Innalillahi Wainna Illaihi Roji’un”. Telah pulang Bapak Bangsa Indonesia ke
Rahmatullah dan kini tugas kita semua menjaga negeri ini selama-lamanya.
Pidato presiden sukarno nawaksara
Pada tanggal 22 Juni 1966, presiden Indonesia Soekarno
berpidato dalam Sidang Umum ke-IV MPRS. Pidatonya berjudul NAWAKSARA.
Berikut petikannya: "Sembilan di dalam bahasa sansekerta adalah "Nawa". Eka, Dwi, Tri, Catur, Panca, enam-yam,
tujuh-sapta, delapan-hasta, sembilan-nawa, sepuluh-dasa. Jadi saya mau beri
nama dengan perkataan "Nawa". "Nawa" apa? Ya, karena saya
tulis, saya mau beri nama "NAWA AKSARA", dus "NAWA iAKSARA"
atau kalau mau disingkatkan "NAWAKSARA". Tadinya ada orang yang
mengusulkan diberi nama "Sembilan Ucapan Presiden". "NAWA SABDA". Nanti kalau saya kasih nama Nawa Sabda,
ada saja yang salah-salah berkata: "Uh, uh, Presiden bersabda". Sabda
itu seperti raja bersabda. Tidak, saya tidak mau memakai perkataan
"sabda" itu, saya mau memakai perkataan "Aksara"; bukan
dalam arti tulisan, jadi ada aksara latin, ada aksara Belanda dan sebagainya.
NAWA AKSARA atau NAWAKSARA, itu judul yang saya berikan kepada pidato ini. Saya
minta wartawan-wartawan mengumumkan hal ini, bahwa pidato Presiden dinamakan
oleh Presiden NAWAKSARA."
Pidato ini
disampaikan oleh Presiden Soekarno sebagai pertanggungjawabannya atas sikapnya
dalam menghadapi Gerakan 30 September. Soekarno sendiri menolak menyebut
gerakan itu dengan nama tersebut. Menurutnya Gerakan itu terjadi pada tanggal 1 Oktober
dini hari, dan karena itu ia menyebutnya sebagai Gestok (Gerakan 1
Oktober).
Pidato pertanggungjawaban
Soekarno ini ditolak oleh MPRS, dan sebaliknya MPRS memutuskan untuk
memberhentikannya dari jabatannya sebagai presiden seumur hidup, dan mengangkat
Jenderal Soeharto sebagai penggantinya
TRISAKTI
kedaulatan dibidang politik
kemandirian dibidang ekonomi
berbudaya sesuai budaya bangsa.
FILM BUNGA RAMPAI PIDATO BUNG KARNO
Janji kemerdekaan dari Jepang
Pelantikan Presiden RIS di Sitihinggil Keraton Yogyakarta, tgl. 17-12-1949
Sidang Parlemen RIS
Pidato di depan rakyat Jakarta (Kembali ke Jakarta)
Pidato HUT RI ke 8 (17-8-1953)
Sambutan Arti Tauhid pada peringatan Nuzulul Qur'an di istana Negara
Pidato HUT ke 14 (17-8-1959)
Pidato Bung Karno setelah kembali dari perjalanan keliling dunia (1960)
Sambutan pada Isang Pengurus Besar Front Nasional
Pidato mengenai Irian Barat di Istana Negara pada upacara pelantikan Oemardhani sebagai KSAU, tgl. 20-1-1962
Pidato mengenai klaim Irian Barat pada peringatan Nuzulul Qur'an, Pebruari 1962
Pidato HUT RI 17-8-1963 (Genta suara Republik Indonesia)
Pidato HUT RI 17-8-1964 (Tahun vivere pericoloso)
Pidato HUT RI 17-8-1966 (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah)
Pidato NAWAKSARA.